Tanggal 23 Oktober 2014, saya mengalami sebuah musibah (kalau boleh dibilang seperti itu) dalam pekerjaan saya. Saya adalah seorang teller di sebuah bank swasta di negara ini. Sebagai seorang teller bank, pekerjaan saya pasti berhubungan langsung dengan uang, uang, dan uang. Dan tentu saja, risiko dari pekerjaan ini adalah uang.
Pada hari itu, saya mengalami kejadian yang paling ditakutkan oleh mereka-mereka yang bekerja di bidang ini. Yapp, saya mengalami selisih antara uang yang saya terima dengan nominal uang yang tertera pada pembukuan di komputer saya. Jumlah selisihnya tidak main-main, 1 juta rupiah!!! Dan sore itu juga saya harus mengganti uang selisih tersebut, sedangkan saya hanya mempunyai uang 600 ribu di rekening saya. Dengan segala cara, akhirnya terkumpullah uang 1 juta rupiah untuk mengganti selisih tersebut. Kaget dan sempat shock juga sih saat itu. Tapi saya sadar bahwa memang ini risiko dari pekerjaan yang saya jalani. Every job has its own risk, isn't it?? Jadi hidup harus terus berjalan, hehe..
Setelah kejadian tersebut, saya mulai interogasi diri saya sendiri. Apa sebenarnya yang terjadi dengan diri saya sehingga saya sampai mengalami kejadian seperti ini? Karena tidak akan ada asap kalau tidak ada apinya, tidak akan ada akibat kalau tidak ada sebabnya. Setelah sempat merenung, saya menemukan beberapa sebabnya, antara lain:
1. Saya kurang teliti dan berhati-hati dalam melakukan pekerjaan ini
2. Tuhan masih sayang dengan saya
Alasan pertama masih bisa diterima dengan akal sehat, karena memang pekerjaan saya menuntut konsentrasi tinggi dan kewaspadaan yang ekstra. Bagaimana dengan alasan kedua? Jika Tuhan sayang dengan saya, mengapa saya sampai harus mengalami musibah seperti itu? Dimana perlindunganNya untuk orang-orang yang disayanginya?
Mari kita flasback sebentar ke kejadian yang terjadi sekitar seminggu sebelumnya. Sekitar seminggu sebelum terjadinya hal tersebut, saya sempat membeli pulsa di sebuah counter pulsa yang berada di dekat rumah saya. Ketika saya membayar pulsa tersebut, ada uang kembalian yang diberikan oleh si penjual. Dan setelah saya hitung ulang, ada kelebihan pada uang kembalian yang saya terima. Pada saat itu juga saya buru-buru meninggalkan counter pulsa tersebut tanpa mengembalikan kelebihan uang yang saya terima. Berapa kelebihan uang yang saya terima? Mungkin sekitar 5ribu rupiah, atau bahkan kurang.
Dari cerita itu mungkin teman-teman baru klik, nyambung, antara musibah yang menimpa saya dengan flashback yang saya ceritakan diatas. Yapp, beberapa orang menyebutnya karma. Tetapi bagi saya, itu sebuah bentuk lain dari rasa sayang Tuhan kepada saya. Lho, kalau memang Tuhan sayang, kan seharusnya Dia memberikan peringatan dulu, bukannya langsung memberikan hukuman begitu kan? He did! Tuhan sudah memberikan peringatan kepada saya berupa adanya uang palsu pada bundle uang 100ribu yang saya terima saat saya bertugas di salah satu kantor cabang pembantu. Seharusnya dari hal itu saya sadar akan kesalahan saya, dan segera meminta maaf kepada penjual pulsa tersebut. Tetapi hal itu tidak saya lakukan karena saya berpikir bahwa itu mungkin saja memang karena kelalaian saya. Hingga akhirnya terjadilah hal tersebut, dimana saya harus mengganti uang selisih sebesar 1juta rupiah.
Ga adil banget rasanya, hanya karena uang 5ribu saya harus mengganti sebesar 1,1juta rupiah. Tapi dibalik itu semua, saya bersyukur, karena saya tahu Tuhan masih sayang dengan saya. Tuhan tidak mau saya berjalan terlalu jauh dari jalanNy. Seperti seorang pengendara kuda yang selalu mengarahkan kudanya untuk berjalan seperti apa yang dia mau, begitulah Tuhan seperti apa yang saya rasakan. Ketika saya melenceng seikit, Dia menegur dengan pelan. Tapi ketika saya tetap melenceng dan masih belum mau kembali ke jalan yang diinginkanNya, mau tidak mau Dia harus menegur dengan keras, bahkan dengan sebuah pukulan, agar saya segera kembali ke jalan yang ditentukanNya.
Singkatnya, saya segera kembali ke counter pulsa tersebut. Dengan modus membeli pulsa, saya bayar lebih ke penjual tersebut. Saat akan memberikan uang kembalian, saya menolak dan mengatakan bahwa kembalian terakhir yang saya terima sebelumnya kelebihan. Sejak saat itu, sampai saat ini, ketika saya melaksanakan tugas saya sebagai seorang teller, hampir tidam ada masalah yang berarti.
Apakah itu karma? Apakah sebuah hukuman? Bagi saya, saya lebih suka menyebutnya sebagai bentuk lain dari rasa sayang Tuhan kepada saya.. Ada beberapa ayat Alkitab yang menguatkan saya akan pernyataan saya diatas.
Wahyu 3:19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Amsal 3:11-12 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.
Ibrani 12:5-7 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?