Transform This Blog Into Your Language

Sabtu, 25 Juni 2011

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan
membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
ini justru sebaliknya.
Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini
justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.



- Ketika makan, ibu sering memberikan porsi

nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :



"Makanlah nak, aku tidak lapar"



KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA



Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata :



"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"


KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA



Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,
ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata

:"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.

" Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------



KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA



Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum.



Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!"



KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT



Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka,



Ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------



KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA



Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut.



Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------



KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM



Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku :



"Aku tidak terbiasa" ----------



KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH



Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit

sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan

tegarnya berkata :



"Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ----------



KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.



Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta

menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya

percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali

mengucapkan : " Terima kasih Ibu ! "



Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon

ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita

untuk berbincang dengan ayah ibu kita?



Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai

beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita

selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan

dengan pacar ('afwan yah nyindir yg pacaran), kita pasti lebih peduli

dengan pacar. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar, cemas

apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di

samping kita...??



Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas

apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah

bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan

kembali lagi...


Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita,

lakukanlah yang terbaik.

Shared from : sumber

Jumat, 10 Juni 2011

Apakah Tuhan Itu ada? (Buah Pemikiran Einstein)


Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakansemuanya”. “Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut. Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah
kejahatan.” Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?” “Tentu saja,” jawab si Profesor. Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?” “Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya. Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?” Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.” Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya diruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?” Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari, Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Profesor itu terdiam.



Dan mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Sabtu, 04 Juni 2011

Mempersiapkan Diri

Pertempuran sudah di depan mata.
Dan aku masih belum mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Aku masih terbuai dengan keinginan-keinginan diriku sendiri.
Aku masih terlena dengan semua kesibukan-kesibukanku (yang sebenarnya mungkin tidak sesibuk itu).
Aku masih stagnan di titik ini.
Dan yang paling parah, beberapa saat ini aku sudah tidak pernah lagi berhubungan dengan Panglima ku, Raja ku, Tuhan ku!


Heh bodoh, ayo bangkit!
Lihatlah, medan perang sudah siap, musuhmu sudah mengangkat senjatanya.
Apakah kamu masih mau enak-enakan dengan apa yang kamu lakukaan sekarang?
Apakah kamu mau kamu hancur di medan perang, hanya karena kamu tidak tahu taktik yang dipersiapkan oleh Panglima perangmu?


Cepatlah kembali kepada Panglima mu!
Cepatlah kembali menghadap hadirat-Nya, sujud di hadapan-Nya, mengakui semua kesalahan yang telah kau lakukan di hadapan-Nya!
Dia sudah terlalu lama menantikan prajurit-Nya, kamu, untuk kembali lagi menghadap hadirat-Nya.
Ingat, kamu bukanlah sekedar prajurit bagi Dia.
Kamu adalah sahabat-Nya, kamu adalah kekasih hati-Nya, kamu adalah anak yang dikasihi-Nya.


Cepatlah, kembali pada-Nya...
Akui semua kesalahanmu di hadapan-Nya.
Akui semua kesalahanmu, dan berjanjilah kau tidak akan mengulanginya lagi.
Panglima-Mu sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu untuk membicarakan strategi perang apa yang harus kau pakai untuk mengalahkan musuh-Nya.
Cepatlah kembali pada-Nya dan sesegera mungkin persiapkanlah dirimu untuk perang yang akan kau menangkan bersama diri-Nya.

Jumat, 03 Juni 2011

10 Things I Hate About You

I hate the way you talk to me, and the way you cut your hair.
I hate the way you drive my car, I hate it when you stare.
I hate your big, dumb combat boots and the way you read my mind.
I hate you so much it makes me sick — It even makes me rhyme.
I hate the way you're always right. I hate it when you lie.
I hate it when you make me laugh — Even worse when you make me cry.
I hate it when you're not around. And the fact that you didn't call.
But mostly I hate the way I don't hate you — Not even close, not even a little bit, not even at all

Kata-kata diatas merupakan cuplikan kata-kata dari film 10 Things I Hate About You... Lucu sih, tapi mengena banget buat aku... :D